Rencana Singkawang Bangun 3 Gerbang Di Batas Kota, Burung Garuda Teteskan Air Mata
Singkawang Badainews.com– Pemkot Singkawang, berencana membangun gerbang di tiga pintu masuk Kota Singkawang seperti Kecamatan Singkawang Selatan, Utara dan Timur.
Sebelumnya Walikota Singkawang lewat pernyataan di beberapa media mengatakan “akan dibangun Pintu gerbang merupakan salah satu visi misi Pemkot Singkawang.
Detail Engineering Design (DED) nya sedang dilakukan dan direncanakan akhir 2021 sudah bisa direalisasikan pembangunannya,” kata Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, Senin (22/3/2021).
Menanggapi wacana pembangunan Gerbang tiga arah Pontianak – Sambas – Bengkayang oleh Pemkot Singkawang, ditanggapi beragam oleh warga masyarakat Kota Singkawang.
Salah satunya Dedi Mulyadi, yang juga mantan anggota DPRD Kota Singkawang 2009-2014.
Kita menyambut baik dan mendukung segala bentuk pembangunan, apalagi pembangunan itu memang untuk keindahan kota.
Namun sebelum pembangunan tersebut dilakukan haruslah dikaji, telaah, seperti : apa urgensinya, apakah prioritas dan apa saja output dan manfaatnya bagi masyarakat Kota Singkawang ?
Tentu banyak faktor yang perlu kita perhatikan dan pertimbangkan, sehingga setiap pembangunan tidak akan menimbulkan dampak di masyarakat nantinya.
Berkenaan wacana gerbang kota 3(tiga) arah dengan nuansa ornamen masing-masing yakni Melayu-Tionghua dan Dayak yang akan dibangun Pemkot Singkawang, sebaiknya kembali dipikirkan.
Selain tentang urgensinya, prioritas atau tidak, bahwa rencana tersebut juga akan menimbulkan dampak yang tidak sehat bagi kehidupan harmonis masyarakat dikota Singkawang kedepannya.
Menurut Dedi Mulyadi yang juga diamanahkan sebagai Panglima Bala Komando Pemuda Melayu Markas Wilayah Kota Singkawang, Bahwa Kota Singkawang ini dibangun oleh masyarakat majemuk dengan segala aktifitas dsn kontribusi pembangunan dari berbagai lapisan masyarakat. Artinya bahwa kontribusi pembangunan terhadap kota Singkawang selama ini bukan hanya dari tiga etnis yang ada seperti Dayak, Tionghua dan Melayu.
Ya, bahwa Singkawang dengan kepadatan penduduk dan pemukiman serta sentra-sentra ekonomi dan pembangunan dimasyarakatnya bisa berkembang karena adanya peran dari multi etnis dan kemajemukan. Ibarat BHINEKA TUNGGAL IKA yang terukir erat dicakar burung Garuda.
Kita harus sadar bahwa kita bercerita tentang saat ini atau peradaban sekarang, bahwa Singkawang milik multi etnis yang telah lama ikut berkontribusi dalam pembangunan dan segala harmonisasi didalam masyarakatnya.
Berbagai jenis suku dan bangsa, ada Bugis, Jawa, Madura Padang, Sunda, Batak, Tambi, Ambon dan lain-lain.
Nah suku-suku dan bangsa tersebutlah yang juga telah hadir dan ikut membangun Kota Singkawang selama berpuluh tahun lamanya hingga saat ini.
Kecuali kalau kita cerita tentang masa lalu, memang dominansi peradaban adalah dari ketiga etnis tersebut, tapikan kita hidup dengan realita hari ini bahwa kita sangat majemuk dan plural.
Jadi kami bukan menolak, namin sebuah kebijakan pembangunan untuk menjaga Toleransi dan Kemajemukan yang ada maka saran kami cobalah untuk dibangun Tugu atau Gerbang Kota yang monumental yang bersifat kejayaan atau kebersamaan dari seluruh etnis, suku dan bangsa yang ada, dan tidak mencerminkan salah satu etnis saja, baik Melayu, Tionghua atau Dayak.
Tapi bangunlah sebuah monumen pembangunan kejayaan kota bisa dengan ornamen atau motif-motif Abstrak, asalkan dapat menggambarkan tentang kemajuan dan keunggulan Kota Singkawang, jadi janganlah sedikit-sedikit dibawa ke unsur etnis, akhirnya akan berdampak menimbulkan kecemburuan sosial diantara anak bangsa dan masyarakat kota Singkawang.
Dedi juga mengatakan bahwa sebagai kota tertoleran wajib kepemimpinan yang ada menunjukkan nasionalismenya bukan justru nenonjolkan identitas tertentu dan primodialitasnya.
Sekali lagi kami mohon, kepada segala unsur Pemerintahan dalam memberikan gagas pembangunan janganlah membentuk sebuah Polarisasi Kesukuan, lupakan hal itu, karena kita sudah sangat nyaman hidup berdampingan selama ini, jangan lagi mengkotak-kotakkan, akan menimbulkan kecemburuan sosial.
Indonesia dan Singkawang ini merupakan negara dengan tingkat keberagaman tinggi. Tidak hanya berbeda suku, tapi juga ras, budaya dan agama. Semua keberagaman tersebut harus dimaknai sebagai anugerah yang patut dijaga bukan dipersoalkan.
“Dengan adanya perbedaan beraneka ragam ini, masyarakat bangsa jangan sampai terkotak-kotak Dan jangan melupakan Bhineka Tunggal Ika. ” Ujar Dedi.
Ditambahkan Dedi, “Dalam trilogi persaudaraan dikenal dengan nama ukhuwah wathaniyah yang bermakna persaudaraan sebangsa. Persaudaraan kebangsaan harus didahulukan, mengingat hal ini sejalan dengan cita-cita para pendahulu bangsa yang ingin mempersatukan bangsa Indonesia.
Pemerintah juga harus mampu merajut kebersamaan secara adil kepada seluruh rakyatnya. Ini dimaksudkan agar jangan ada pihak merasa dianaktirikan dan luput dari perhatian yang nantinya berujung pada tindak radikal dan terorisme.
Itu akan sangat merugikan dan mengerikan dan berpotensi memecah belah bangsa.
Saatnya lah kita harus bijak. (MC.Badai)